Lale Fatma Yulia Ningsih
Mahasiswa Master, Jurusan TEFL, Istanbul University
(Juni 16, 2013)
Saya sedang menulis tulisan di salah satu media ketika saya mendengar
suara ribut-ribut dari jalan utama dekat dengan asrama. Tadi malam saya
dengar bahwa massa di taksim akan menjadi lebih banyak lagi. Rombongan
itu kemungkinan akan menuju ke Taksim. Saya coba berkonsentrasi menulis
tentang tulisan itu, tapi rasa penasaran saya mengalahkan
segalaya---lagi. Akhirnya saya keluar dari asrama dan menyusuri jalan
untuk menuju jalan utama, saya berniat hanya melihat gerombolan lima
menit sehingga saya hanya membawa telpon genggam. Sebelum sampai jalan
utama saya sudah dikejutkan dengan pemandangan yang tidak pernah saya
duga. Gerombolan beberapa pemuda dan bapak-bapak terus mengibarkan
bendera Turki dan juga bendera Partai AKP [Partai Erdoğan]. Saya tambah
penasaran ketika saya mengalihkan pandangan ke arah kiri, semakin banyak
massa bergabung. Apa yang sebenarnya mereka lakukan?
Semakin lama berjalan saya bergabung dengan kumpulan massa yang terus
berteriak “Ya Allah, Bismillah, Allahu Akbar!” kemudian ada yang
memimpin “Takbir” dan yang lainnya menjawab “Allahu Akbar!”
Mendengar teriakan massa ini banyak warga yang kemudian membuka jendela
apartement. Yang pro dengan aksi ini akan mengiarkan bendera dan
bertepuk tangan. Tapi yang kontra dengan aksi ini akan memukul-mukul
tencere [Turki: wajan/penggorengan]. Hal ini dilakukan sebagai simbol
bahwa mereka adalah Kemalist yang menjunjung tinggi Turkiye Cumhuriyet
yang disingkat menjadi T.C serupa dengan Tencere disingkat menjadi T.C.
Begitulah asal mula pemukulan tencere [wajan] yang merupakan aksi
protes.
Sekitar setengah jam berjalan, suara tencere semakin banyak yang juga
disambut dengan teriakan semakin keras “Ya Allah, Bismillah, Allahu
Akbar!” dari massa pendukung AKP. Hanya dengan melihat hak kecil seperti
ini saja bisa dirasakan perang non fisik antara massa AKP dengan
Kemalist. Sesampainya di sebuah gerbang benteng Konstantinopel, massa
disambut dengan mars penaklukan konstantinopel dan iringian orang yang
berseragam tentara Turki Usmani yang membuat massa semakin keras
berteriak “Allahu Akbar”
Beberapa menit setelah memasuki gerbang saya kemudian terkesima dengan
orang yang smekain banyak berdatangan dari segala penjuru dengan
sepanduk bertuliskan “Fatih Sultan Mehmed our Sultan, Recep Tayyip
Erdoğan our Leader, Mustafa Kemal Ataturk our father”, “You are not
alone Recep Tayyib Erdoğan”, “We are AKP”.
Ternyata setelah saya membaca salah satu sepanduk, baru saya mengetahui
bahwa massa yang berkumpul hari ini di daerah Kazlicesme sekitar 1 juta
orang. Sepanduk yang mendominasi adalah sepanduk yang bertuliskan
“SAATNYA MENGHENTIKAN PERMAINAN BESAR, MARI MENULIS SEJARAH”. Permainan
besar yang dimaksud adalah apa yang terjadi di Taksim Square. Hal ini
merupakan counter attack terhadap apa yang terjadi di Taksim Square dan
di tempat lainnya. Ia ingin menunjukkan kepada dunia bahwa yang
mendukung kebijakannya sangatlah besar dibandingkan kumpulan massa yang
ada di Taksim Square.
Menyadari bahwa saya hanya membawa hp saja, maka saya tidak mau ambil
resiko, maka saya kembali ke asrama. Salah satu stasiun televisi
menayangkan keadaan terkini di daerah Taksim. Massa terus berteriak
“Mustafa Kemalin Askerleriyiz [Kami adalah laskar Mustafa Kemal
Ataturk]”. Sangat kontras dengan apa yang diteriakkan massa AKP di
Zeytinburnu “Ya Allah, Bismillah, Allahu Akbar”.
Erdoğan memulai pidatonya pada jam 6 sore waktu Istanbul disambut dengan
teriakan “Ya Allah, Bismillah, Allahu Akbar”. Rangkuma isi dari
pidatonya mengajak seluruh masyarakat Istanbul untuk menyadari bahwa
permainan (konspirasi) harus diakhiri:
(1) Turki adalah Istanbul, karena Istanbul adalah pusat peradaban Turki Usmani. Kita juga mengetahui bahwa seluruh dunia sedang memperhatikan kita, oleh sebab itu pada hari ini biarlah mereka melihat apa yang sebenarnya didalam hati kita semua.
(2) Lihat nanti, apakah BBC akan menyembunyikan apa yang kita lakukan pada hari ini. CNN dan Reuters juga melakukan hal yang sama, menyembunyikan berita tentang apa yang kita lakukan hari ini, aksi kita adalah aksi damai, bukanlah aksi dengan memukul penggorengen [tencere]. Mereka melempar bom molotov terhadap polisi negara, apakah ini yang dinamakan demokrasi?
(3) Turki bukan hanya daerah Taksim, tapi Turki juga daerah Uskudar, daerah Gatih, daerah Kasimpasa. Turki bukan hanya istanbul tapi Turki juga daerah Kayseri, daerah Ersurum, daerah Samsun.
(4) Parlemen Eropa sudah menentukan sikap terhadap apa yang terjadi di Turki, tapi mereka menutup mata terhadap apa yang terjadi di Suriah, menutup mata terhadap pembantaina di Palestina. Karena mereka punya mata tapi tak bisa melihat, mereka punya telinga tapi tak mendengar, dan mereka punya lidah tapi tak bisa bicara.
(5) Lihat apa yang sekarang mereka lakukan terhadap patung Kemal dan Bendera Turki yang ada di Taksim Square padahal katanya meraka adalah orang-orang yang mencintai Ataturk dan mencintai Turki.
(6) Mereka mengatakan bahwa polisi memakai gas air mata, apakah negara lain tidak menggunakan gas air mata? Lihatlah sekarang di rumah sakit, yang lebih banyak terluka adalah polisi. Sekarang polisilah yang mereka salahkan.
(7) Mereka mengatakan bahwa saya adalah diktator. Sya adalah pelayan di negeri ini, bagaimana mereka mengatakan bahwa saya adalah seorang diktator? Oleh karena itu saudaraku. Kita melihat permiana yan terjadi, sehingga saatnya kini kita mengakhiri permainan.
Setelah berpidato di daerah Kalizcesme---merupakan daerah di mana Fatih
Sultan Mehmet membangun masjid yang pertama di Istanbul sebelum
penaklukan Kosntantinopel---ia kemudian juga memberikan sambutan di
Turkce Olimpiyatlari (Turkish Olympiad), salah satu lomba bahasa Turki
dalam berbagai bidang seperti puisi, lagu dan lainnya. Dalam sambutannya
ia mengatakan “Mereka melempar molotov, kalian memberikan lagu kepada
kami, sampaikan salam dari hati kami untuk orangtua kalian ketika kalian
kembali ke negara masing-masing”.
*Lale Fatma Yulia Ningsih
Mahasiswa Master, Jurusan TEFL, Istanbul University
Istanbul-Turki
-kiriman email dari penulis
(sumber: pkspiyungan)