Ikhwan Mesir Sebut Ada Tangan Asing Bermain Dalam Demo Anti Erdogan


PARA pemimpin Ikhwanul Muslimin di Mesir pada Selasa lalu menuduh demonstran Turki telah menerima dana asing dari entitas tertentu dalam upaya agar rencana proyek Islami negara menjadi gagal, menurut laporan media lokal Mesir.

Hussein Ibrahim, sekretaris jenderal sayap politik Ikhwanul Muslimin, partai Kebebasan dan Keadilan (FJP), menyalahkan kelompok asing yang ingin memanipulasi masalah internal untuk melayani kepentingan internasional.” Namun dia tidak menjelaskan lebih lanjut siapa kelompok asing tersebut.

Ibrahim mengatakan aksi protes yang terjadi saat ini di Turki bertujuan melawan segala usaha proyek Islam pemerintah Erdogan, bahkan meskipun Turki telah membuat langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya berkaitan dengan perkembangan tarif dan peningkatan pendapatan warga, lapor surat kabar Egypt Independent.

Sementara itu, Mourad Aly, yang penasehat media FJP,

mengatakan: “Beberapa pihak sengaja ingin membuat bahwa apa yang terjadi di Turki adalah sebuah revolusi,” menambahkan bahwa penilaian tersebut sengaja dibesar-besarkan dan tidak ada hubungannya dengan apa yang terjadi di lapangan.

Dalam pernyataan kepada surat kabar Mesir Al-Masry Al Youm, ia menegaskan: “Apa yang terjadi di Turki tidak ada hubungannya dengan kebutuhan sehari-hari atau masalah ekonomi. Aksi demo yang saat ini terjadi dimaksudkan untuk mempromosikan gagasan bahwa rezim Islam, yang telah membuat prestasi ekonomi dan membuktikan kepada dunia bahwa mereka bisa menghadapi semua tantangan eksternal, telah gagal.”

Ribuan orang berkumpul di Taksim Square Istanbul untuk hari keenam Rabu kemarin, berteriak menantang  Erdogan, yang sebelumnya para demonstran disebut oleh Erdogan sebagai “ekstrimis” dan “pengacau”. Erdogan berada di Aljazair pada hari kedua dari kunjungan resmi empat harinya ke Afrika utara.

“Para pengacau di sini! Dimana Tayyip? “Teriak kerumunan massa.

Demonstran menuduh Erdogan, yang telah memenangkan tiga pemilu nasional berturut-turut, memaksakan reformasi Islam konservatif di negara mayoritas Muslim tersebut, namun berkonstitusional sekuler.(islampos)
Share this with short URL: