Fakta Medis di Balik Sembelihan Syar'i


Oleh Nasih Nashrullah

Alhikmatu dhalatul mu'min, hikmah itu pada hakikatnya ada di tiap lini kehidupan manusia, tak terkecuali dalam tata cara penyembelihan hewan. Menurut Staf Khusus Bidang Efisiensi Pembangunan Pertanian Kementerian Pertanian Dr Hasim Danuri DEA, perlakuan baik saat menyembelih, ihsan adz-dzabh, manfaatnya akan kembali kepada kesehatan manusia itu sendiri.


Tenaga Ahli LPPOM MUI ini mencontohkan, berkaitan dengan tuntunan agar darah dari hewan tersebut mesti dikeluarkan, iraqat ad dam. Maka saat penyembelihan, penting memastikan bahwa darah telah keluar dengan sempurna dan proses tersebut tidak terlewatkan. Ia mengutip Surah al-Maidah ayat ketiga dan al-An'am ayat 145.

Sebaiknya setelah disembelih, ayam, misalnya, didiamkan 5-10 menit hingga darahnya keluar semua, baru dimasukkan ke dalam air panas untuk dicabut bulunya. Jika proses itu tidak dilakukan, kualitas daging akan buruk. Darah yang tidak keluar dari tubuh hewan menjadi media tumbuhnya bakteri sehingga berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi.

Demikian pula bila memantik trauma atau stres hewan yang akan disembelih. Stres pada hewan bisa membuat daging mengandung asam laktat yang mampu membuat PH daging menjadi rendah.

Dosen Biokimia FMIPA Institut Pertanian Bogor ini menjelaskan, ada sejumlah metode kontemporer yang telah mendapat persetujuan MUI karena dinilai praktis dan mengurangi rasa sakit hewan. Pertama, secara kimia, yaitu pemberian eter atau bius pada hewan, cara ini sudah jarang lagi
dipakai. Kedua, dengan listrik atau setrum, ini biasanya digunakan pada ayam dan sapi. Ketiga dengan mekanik, atau captive ball pistol, yaitu dengan cara mengetok kepala sapi dengan pistol bola.

Metode-metode ini bertujuan untuk memingsankan hewan lebih dahulu, baru disembelih. Namun, begitu dipingsankan, harus segera disembelih untuk mencegah terjadinya blood splashing, yaitu pembuluh darah pecah akibat trauma mekanik atau setrum. Jika tidak, akan muncul bercak darah di daging yang membuat kualitas daging berkurang.

Tetapi, ia menegaskan cara yang paling baik tetap saja seperti sunah yang telah diajarkan Rasulullah. Ini merupakan cara yang paling baik. Terbukti dengan selarasnya riset-riset tentang kualitas daging yang disembelih dengan darah hewan keluar sempurna. Ini merupakan hikmah penyembelihan hewan sesuai syariat Islam. Islam merupakan agama yang membawa hanya kebaikan.

Dosen IPB Dr Anna P Roswiem mengatakan cara penyembelihan hewan dengan memotong tiga urat, termasuk urat napas, kerongkongan (makan), dan darah. Hewan tersebut ada yang dipotong dengan pisau tajam, ada juga yang dipotong dengan mesin.

Memang, imbuhnya, akan ada kualitas perbedaan daging. Namun, itu terjadi jika hewannya tidak dipelihara dan diurus dengan baik. Terutama, jika hewan-hewan tersebut berasal dari daerah yang jauh, yang harus berada di jalan berhari-hari. Hewan tersebut bisa stres dan dagingnya pun kurang berkualitas lagi.

Membedakan daging
Lebih lanjut, Hasim Danuri menjelaskan kiat membedakan antara daging bangkai dan daging yang disembelih. Pertama dengan melihat warnanya. Warna daging yang disembelih, misalnya ayam, berwarna putih. Jika sapi, berwarna merah muda cerah. Sedangkan yang tidak disembelih, dagingnya berwarna merah tua. Selain itu, daging hewan yang disembelih jika dipegang terasa kenyal, tidak lunak seperti daging yang tidak disembelih sempurna. (republika)
Share this with short URL: