Oleh: Nandang Burhanudin
Tak ada pemimpin Arab yang paling menanti kondisi Mesir akhir-akhir ini,
selain pemimpin UEA Syaikh Muhammad bin Zayid. Kondisi "chaos" Mesir
dengan target: melengserkan Moursi sejak lama menjadi agenda utamanya,
bekerjasama dengan Marsekal Thanthawi sebelum diberhentikan oleh Moursi.
Dewan Tinggi Militer Mesir yang dipimpin oleh Marsekal Thanthawi dan
kaum LIberal yang digalang Syafiq, Elbaradai, Amr Mousa sebenarnya telah
lama merancang kejatuhan Moursi. Untuk rencana tersebut, Marsekal
Thanthawi mendapatkan gelontoran dana yang langsung ditransfer ke
rekening pribadi di Abu Dhabi. Jumlahnya sangat fantastis, mencapai 300
juta dollar AS.
Komunikasi makar yang dilakukan Marsekal Thanthawi bersama dengan
perwakilan UAE yaitu Muhammad Wasif bin Zayid. Namun, konspirasi yang
ditopang negara-negara petro dollar mulai dari Saudi Arabia, Emirat,
Oman, dan Kuwait ini tercium Moursi. Intelejen Mesir mengungkap adanya
"ruang komando" yang dikendalikan dari Abu Dhabi yang langsung dipimpin
oleh Muhammad Zayid.
Moursi pun bergerak cepat. Secara dramatis Moursi memecat 72 Pati dan
Pamen berikut Sang jenderal Tua, Marsekal Thantawi. Serta merta,
Marsekal Thanthawi pun melaporkan nasib yang ia alami kepada pihak UAE
yang merespon melalui Kedubes UAE di Kairo, untuk menjemput Thantawi ke
UAE berapapun harganya. Namun, tak ada yang mengira, Moursi lebih dulu
mencekal, hingga Thantawi tak bisa bepergian ke luar negeri.
Kendati sukses mengembalikan militer ke barak, Moursi sadar betul bahwa
tantangan selanjutnya tidak ringan. Karena lawan-lawan politik IM yang
didanai UAE mengubah strategi dengan target yang sama. Di antara
strateginya adalah:
1. Menjadikan media-media TV-koran-majalah-radio sebagai corong terdepan
menebar kebohongan. Targetnya: memecah belah masyarakat Mesir,
sekaligus memperburuk cintra Moursi yang pernah mencapai 65 % dari segi
penerimaan masyarakat kepadanya. Contoh pengaruh media adalah saat
Moursi memberhentikan Jaksa Agung era Mubarak dan menugaskannya menjadi
Dubes di Vatikan. Keputusan tersebut ditentang habis-habisan oleh media,
hingga Moursi menunda pembebastugasan tersebut.
2. Melakukan konsolidasi dengan tokoh-tokoh Nasionalis-Sekuler untuk
sama-sama mengerahkan massa demi menciptakan kondisi "chaos" di jalanan
Mesir.
3. Mendanai sekaligus mempersenjatai preman-preman jalan, para pemabuk,
dan pemakai narkoba untuk bertindak anarkis dan menyerang siapapun yang
menentang, merampok toko-toko, dan menargetkan kader-kader IM. Terbukti,
di depan istana Ittihadiyah ditemukan botol-botol miras, narkoba, dan
obat-obatan.
4. Secara intensif menggerakkan tokoh-tokoh Nasionalis untuk membuat
blok tandingan IM-Salafy. NNM News mengutip kantor berita Israel Haartz
yang "mencurigai" pertemuan rahasia antara Amr Mousa dengan Romy Levy
di Ramallah. Tujuannya adalah: membuat koalisi Arab-Israel melawan
gerakan Islam (spesifiknya: Salafy-IM).
Menurut Haartz, "Pertemuan keduanya sangat tidak biasa, di tempat yang
tidak biasa, dan diikuti pebisnis Israel dari parati Likud Romy Levi dan
mantan Sekjend Liga Arab Amr Mousa di rumah pebisnis Palestina di
Nablus."
Menurut pakar stategis Thala'at Rumaih dan wartawan Khalid Abdullah,
tindakan Moursi yang tidak memerintahkan polisi anti huru-hara bersikap
tegas, memang dinilai sebagian kalangan adalah titik lemah Moursi yang
cenderung berdamai dengan para oposan. Demikian juga dengan sikap
koalisi IM-Salafy yang melarang kader-kader dan simpatisannya melawan
teror dengan teror. Semua disebabkan, Moursi-IM-Salafy Mesir memahami
bahwa aksi di lapangan adalah bagian dari skenario global bukan didasari
tuntutan dari nurani rakyat. Oleh karena itu, tindakan yang dilakukan
Poros Koalisi Kekuatan Islam adalah:
1. Menyerukan kepada Front Penyelemat Tanah Air untuk menarik kerumunan
para penentang Presiden Moursi dari depan Istana Ittihadiyah, demi
menghindari bentrok fisik dan perang saudara dengan para pendukung
Presiden Moursi yang telah mengepung istana Ittihadiyah sejak Rabu sore
(5/12/12) kemarin dengan jumlah massa yang sangat banyak.
2. Melakukan konsolidasi secara masif dan terstruktur seluruh elemen
pendukung Presiden Moursi. Tujuannya memutus makar kudeta yang dilakukan
oleh orang-orang bayaran, antek-antek Mubarak, dan kaum oportunis yang
memanfaatkan anak-anak muda revolusioner sebagai garda terdepan. Semua
kader dan simpatisan Moursi-IM-Salafy dierintahkan berjaga-jaga di depan
Istana Ittihadiyah hingga selesainya referendum (15 Desember
mendatang).
3. Menuntut Presiden Moursi untuk mengeluarkan keputusan Presiden yang
tegas dan berwibawa terhadap pihak-pihak yang melakukan makar. Untuk
kemudian mengungkapkan kejahatan mereka di depan publik, agar masyarakat
tahu siapa revolusioner sejati dan mana oportunis.
4. Kepada rakyat Mesir, diharapkan untuk tidak mempercayai gosip dan isu-isu murahan yang disebar kaum oportunis.
-to be continued-