Mursi: Presiden di antara Kudeta dan Makar | (part 2)
Oleh Nandang Burhanudin*
Menurut Rifa'at Thahtawi, kepala Rumah Tangga Kepresdinan, "Ada tiga kejadian yang sekarang tengah berlangsung di sekitar Istana Ittihadiyah:
1. Koordinator aksi yang rata-rata preman tengah mengadakan pertemuan
dengan tokoh-tokoh penting dari wilayah Sha'id (wilayah pedesaan) di
Hotel Safir. Tujuannya: mempersiapkan strategi penyerangan kepada para
demonstran, untuk kemudian difitnahkan kepada kepanduan IM dan Salafy.
2. Pertemuan lain berlangsung di pusat komando tengan berlangsung pembagian uang kepada demonstran anti Moursi.
3. Koordinator lapangan preman-preman pada hari Rabu (5/12/12) telah
bersepakat untuk mempersenjatai para pendemo dengan senjata dan
menciptakan chaos di antara para pendemo mereka sendiri.
Itu jangka pendek. Jangka panjangnya, para penentang Moursi yang
didukung penuh oleh kedua putra rejim Mubarak tengah menyiapkan skenario
pembantaian. Mereka sudah siapkan pelatihan militer di kamp-kamp syiah
di Lebanon. Setelah itu masuk ke Mesir dengan mengenakan atribut-atribut
IM dan melakukan pembantaian. Kemudian mereka menuduh Al-Ikhwaan
Al-Muslimiin lah yang melakukan hal tsb. Allaahumma dammirhum wa khudzhum akhdza 'aziizin muqtadir.
Mengapa tokoh-tokoh di atas sebegitu membenci Moursi? Dr. Alaa Shadiq
memiliki jawabannya, "Kondisi chaos saat ini disebabkan untuk menguatkan
kembali kubu Nasionalis dan Loyalis Mubarak, yang tidak siap menerima
kenyataan bahwa Mesir dikuasai kaum Islamis. Satu hal yang pasti, mereka
bukan takut dengan Islamnya, namun takut dengan keseriuasan Moursi
membongkar kebusukan mereka yang rata-rata pejabat teras di era Mubarak
dan koruptor ulung. Di sisi lain, Moursi yang didukung IM dan Salafy
bersikeras menjadikan Islam sebagai hukum."
Al-Ibrasyi, jubir Oposisi dalam wawancara dengan stasiun TV Dream milik
salah seorang tokoh oposisi menjelaskan secara detail rencana kudeta
terhadap Moursi: Memaksa Presiden Moursi membatalkan dekrit dan
referendum terhadap UU. Jika tidak memenuhi tuntutan, maka akan
dilakukan segera:
1. Membentuk Dewan Tinggi Kepresidenan Sipil yang terdiri dari Hamdin
Shabahi, Amr Mousa, Abdul Mun'im Abdul Futuh, yang ditunjuk sebagai
kepada adalah Muhammad Ghanim.
2. Mengintruksikan para pendemo untuk menduduki istana Kepresidenan
Al-Ittihadiyah, menyingkirkan Moursi, dan menggantikannya dengan Dewan
Tinggi Kepresidenan untuk kemudian mendeklarasikannya ke seluruh dunia.
3. Menggerakkan elemen-elemen preman untuk menyerang rumah pribadi Presiden Moursi dan mendudukinya.
4. Menggerakkan milisi-milis terlatih di seluruh penjuru Mesir untuk menyerang para pendukung Moursi.
Tidak cukup hanya disitu, cara-cara yang nampaknya lebih beradab pun
mereka lakukan. Termasuk memfasilitasi suara-suara miring dari kelompok
internal gerakan Islam agar terus merongrong Moursi dengan tuduhan:
1. Tidak menjalankan syariat Islam.
2. Tidak mengamandemen UU dengan Syariat Islam.
3. Tidak menyerang Gaza.
Inilah yang terjadi di Mesir saat ini. Kita sebagai bangsa patut
mendoakan bangsa Mesir dan terutama Presiden Moursi agar mampu keluar
dari kemelut politik ini dengan selamat.