Erdogan Al Fatih, Penakluk Kedua Konstantinopel

Oleh: Yud Rusdha Handayani, S.Si
Departemen Kewanitaan LKSMIT
(Lembaga Kajian Sosial Masyarakat Indonesia di Turki)
 
Kalau ada sosok yang ditunggu-tunggu kedatangannya sepanjang sejarah Islam, di mana setiap orang ingin menjadi sosok itu, maka dia adalah sang penakluk Konstantinopel. Para shahabat Nabi berebutan ingin menjadi orang yang diceritakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut dengan berusaha menyusun strategi dan kekuatan untuk menaklukan kota terbaik di jamannya yaitu Konstantinopel.


Betapa tidak, beliau Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memang betul-betul memuji sosok itu.

Beliau bersabda “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335)

Dialah Sultan Fatih Mehmed (Muhammad al Fatih) sang penakluk kota Konstantinopel yang mendedikasikan seluruh waktu dan energinya untuk sebuah cita-cita yang Rasulullah katakan dalam sebuah basyirohnya yang kemudian dia berhasil menaklukannya pada tahun 1453.

Demikian pula dikatakan dalam sebuah hadist bahwa suatu saat nanti sebelum kiamat akan terjadi keunikan sebuah peristiwa. Keunikan peristiwa ini adalah ditaklukkannya Konstantin untuk kedua kalinya tanpa menggunakan pedang dan panah, namun hanya menggunakan tahlil dan takbir.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apakah kalian pernah mendengarkan suatu kota yang sebagiannya terletak di darat dan sebagiannya di laut? Para sahabat menjawab, “Pernah wahai Rasulullah”. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga ia diserang oleh 770.000 orang Bani Ishaq. Ketika mereka telah di sana maka mereka-pun memasukinya. Mereka tidak berperang dengan senjata dan tidak melepaskan 1 anak panah-pun. Mereka hanya berkata Laa Ilaaha Illallah wallahu Akbar, maka jatuhlah salah satu bagian dari kota itu. Kemudian mereka berkata kedua kalinya Laa Ilaaha Illallah wallahu Akbar, maka jatuhlah bagian yang lain. Kemudian mereka berkata lagi Laa Ilaaha Illallah wallahu Akbar, maka terbukalah semua bagian kota itu. (HR. Muslim)

Ditafsirkan dari hadits tersebut, kota yang dimaksud adalah Konstatinopel yang sekarang bernama İstanbul. Sebagaimana kita tahu pasca runtuhnya kehalifahan Turki Utsmani, Mustafa Kemal Ataturk menjadikan Turki sebagai negara sekuler. Ia menjauhkan nilaı-nilai Islam dari masyarakatnya, juga pada sistem pemerintahan. Ia menjadikan alkohol atau minuman keras dijual bebas dan juga melarang masyarakatnya memakai pakaian muslimah di sekolah dan pemerintahan. Juga memberlakukan azan dikumandangkan dalam bahasa Turki.

Adalah Rejeb Tayyib Erdoğan, seorang perdana Menteri Turki yang taat, saat ini menjadi isyarat akan ditaklukannya Konstatinopel untuk kedua kalinya. Mengapa? Hal ini dikarenakan sepak terjangnya dalam memimpin Turki dengan penuh kepiawaian yang luar biasa. Ia mengatakan dalam pidatonya kepada kaum muslimin Turki bahwa tidak bisa orang mengatakan dirinya sebagai seorang mukmin dan seorang yang sekuler secara bersamaan. Sebab tidak mungkin seseorang menjadi mukmin dan bukan mukmin secara bersamaan. Hal ini dikarenakan bagi seorang Muslim, pemegang kekuasaan tertinggi hanya pada Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan manusia. Erdogan juga mengatakan bahwa ia akan memulai sebuah perdaban di bawah puing-puing kehancuran kepemimpinan umat İslam.

Jika pemimpin-pemimpin Turki sebelumnya berkali-kali digulingkan kekuasaannya secara kudeta oleh militer, justru sampai saat ini rakyat Turki sangat bangga dengan kepemimpinan Erdogan. Ia juga melalukan pembinaan kepada militer Turki dengan pemahaman-pemahan keislaman. Selain itu, ia juga secara gemilangan menjadikan Turki maju di bidang ekonomi dan menjadikannya negara yang bebas dari hutang IMF. Meskipun, ada sebagian kecil dari rakyatnya yang menganut sekulerisme berusaha untuk menjatuhkannya.

Bukan hanya itu, hebatnya ia menjadikan jalan demokrasi yang di serukan oleh kaum liberalis untuk menempatkan kebebasan bagi setiap individu, ia gunakan untuk meraih kebebasan umat Islam guna kembali memperoleh hak-haknya. Seperti dicabutnya larangan berjilbab bagi para pelajar. Dimasukkannya kembali kurikulum pelajaran bahasa Arab atau membaca tulis Qur’an di sekolah (yang selama 10 tahun lebih dicabut dari sekolah). Erdogan juga membangun sekolah-sekolah penghafal Qur’an. Ia juga memperjuangkan kebebasan dalam bernegara lebih luas lagi, seperti mendukung kemerdekaan bagi rakyat Palestina. Juga menjalin kerjasama bagi semua pihak yang mendambakan keadilan dan kesejahteraan. Ia juga paling demokratis dalam menyerap aspirasi secara langsung dan damai bagi rakyatnya dari berbagai elemen. Di mana hal ini berbeda dengan pemimpin-pemimpin Turki sebelumnya yang berfaham sekuleris yang sulit untuk menyerap aspirasi rakyatnya sehingga pemerintahan menjadi chaos.

Dalam pidatonya kepada dunia Erdogan mengatakan ’”Satu koma lima milyar umat İslam di dunia menunggu Turki untuk bangkit akan siap untuk membangun sebuah peradaban dan peradaban akan bangkit di tempat ia terporak poranda” . Dalam data statistik, Turki hanya berpenduduk 70 juta, namun ia mengatakan 1.5 milyar muslim dunia. Ini menjadikan ketakutan yang luar biasa bagi negara-negara besar seperti Amerika. Pidatonya menjadikan Turki sesuatu yang patut dipertimbangkan dan diperhitungkan. Bukan karena militernya saja yang merupakan militer terbaik kedua di NATO. Namun juga perjuangannya di dunia dalam misi-misi kemanusian khususnya yang mencabik-cabik hati umat Islam seperti yang terjadi di Palestina, Burma, Mesir, Syria dan lainnya.

Pekan lalu diberitakan tentang para demostran yang mencari-cari alasan untuk menggulingkan Erdogan. Namun semua dijawab dengan dukungan 1 juta massa pendukungnya dengan takbir dan tahlil. Penaklukan tanpa anak panah dan senjata. Tanpa darah tanpa perang namun dengan takbir dan tahlil.. Allahuakbar!!! La ilaha ilallah…!!!

Sudah sepatutnya kita sebagi muslim menyambut seruan ini untuk menjadi bagian apa yang dibasyirahkan Rosulululloh. Seperti Rejeb Thayib Erdoğan “Erdoğan Al-Fatih”. Wallahu a’lam bish shawab.. (sumber: bersamadakwah.com)

Share this with short URL: