Wawancara Muhammad Mursi: ‘Saya & Ikhwan Merupakan Bagian Dari Revolusi Mesir’



MAJALAH Time menyebutnya sebagai Orang Paling Penting di Timur Tengah. Ia disebut-sebut sebagai orang pertama yang mengusahakan gencatan senjata ketika Israel membombardir Gaza. Jangan lupa, ia pula  orang pertama yang membuka perbatasan Rafah untuk Palestina, setelah puluhan tahun wilayah itu ditutup hingga membuat rakyat Palestina sekarat, dan tak bisa kemana-mana. Ia juga yang pertama mengirim orang ke Gaza ketika Israel menggempurnya dua pekan lalu.
Ia baru menjabat sebagai Presiden Mesir yang terpilih oleh rakyatnya secara aklamasi. Ia hafal Qur’an tiga puluh juz dan berasal dari Ikhwanul Muslimin, sebuah gerakan Islam yang demikian moderatnya, namun tetap saja dianggap sebagai salah satu organisasi Islam yang diklasifikasikan sebagai organisasi garis keras.
Ia adalah Muhammad Mursi. Ketika Mesir sekarang tengah bergolak, Time berhasil mewawancarainya. Berikut adalah petikannya:

Apa pendapat Anda tentang film Planet of the Apes?
Saya ingat film itu. Tapi yang mana ya? Versi lama, bukan yang baru. Saya masih ingat kesimpulannya: Ketika seekor monyet besar, saya rasa dia adalah kepala Mahkamah Agung dalam spesies dan dalam film itu, dan ada seorang ilmuwan hebat yang akan menghancurkan planet tersebut. Planet itu adalah milik kaum kera setelah perang besar dan bom atom. Si ilmuwan meminta monyet besar untuk melakukan sesuatu … “Jangan lupa kamu itu monyet, jadi jangan tanyakan kepadaku tentang pekerjaan yang kotor!”
Apa kata si kera besar? “Kau ini manusia. Kau melakukannya untuk dirimu sendiri .” Itulah kesimpulannya. Bisakah kita melakukan sesuatu yang lebih baik untuk diri kita sendiri?
Dimana posisi Presiden Obama dan Gaza?
Presiden Obama telah sangat, sangat membantu. Dan bisa saya katakan, benar-benar, bahwa perbuatan-perbuatannya bertepatan dengan niatnya. Kami telah berbicara bersama tentang gencatan senjata. Itu sangat penting. Kemudian kami bisa berbicara tentang perbedaan antara Palestina dan Israel. Ini tidak mudah. Ini sangat sulit. Kedua belah pihak berbicara tentang perbedaan. Kami ingin mereka untuk berbicara tentang kesamaan.
Mesir saat ini tengah bergolak hebat….
Saya sangat tertarik jika Mesir memiliki kebebasan berekspresi yang sejati. Kebebasan akan iman. Dan bebas akan keyakinan agama. Saya tertarik dan saya akan selalu tertarik pada pengalihan kekuasaan. Saya adalah seorang presiden terpilih. Tanggung jawab utama saya adalah untuk menjaga kapal nasional melewati masa transisi ini. Ini tidak mudah. Mesir bertekad untuk bergerak maju dalam jalan kebebasan dan demokrasi, dan ini adalah apa yang saya lihat.
Namun orang-orang di luar sana menanggapi dekrit Anda dengan cara pandang yang berbeda…
Oh, tidak, saya tidak melihat situasi seperti ini. Apa yang saya bisa lihat sekarang adalah, orang Mesir yang bebas. Mereka menaikkan suara mereka ketika mereka menentang Presiden dan ketika mereka menentang apa yang terjadi. Dan ini sangat penting. Adalah hak mereka untuk mengekspresikan dan menyampaikan suara mereka, mengekspresikan perasaan dan sikap mereka.
Ada beberapa perbedaan antara apa yang terjadi sekarang dengan Januari 2011 ketika terjadi pemberontakan terhadap Presiden Hosni Mubarak. Saat ini sudah ada beberapa kekerasan yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Saya yakin Mesir akan melewati ini. Kami sedang belajar. Kami sedang belajar bagaimana menjadi negara yang bebas.
Ada tuduhan bahwa Anda ini adalah seorang Fir’aun dan tiran baru…
Fir’aun baru? [Tertawa] … Saya ini pernah di penjara. Dan saya adalah ketua departemen material di universitas ketika saya dijebloskan ke penjara. Alasan mengapa saya di penjara adalah bahwa saya membela peradilan dan hakim Mesir. Saya tahu benar apa artinya memiliki pemisahan antara tiga kekuasaan—eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Ini adalah konsep utama tentang negara yang berdasarkan institusi. Rakyat adalah sumber asli dari kekuasaan. Presiden mewakili kekuasaan eksekutif, dan residen dipilih oleh rakyat. Dan saya ingin rakyat  memiliki kebebasan penuh pemilu.
Apakah Mesir akan pecah?
Tidak. Itu tidak akan pernah terjadi. Ini adalah persoalan mayoritas dan oposisi. Saya bisa melihatnya sangat jelas. Namun pihak oposisi tidak seperti itu sebelumnya. Mereka memiliki hak, mereka melakukan apa yang mereka katakan. Jika Anda memiliki 25% atau 30% oposisi, itu angka yang besar.
Anda baru saja lima bulan menjadi Presiden…
Tidak 30 tahun. Ini baru lima bulan. Ini baru lima bulan setelah kehancuran besar, korupsi, dan perbuatan buruk lainnya. Rakyat selalu terpinggirkan. Saya sudah menjadi bagian dari revolusi. Dan dari Ikhwanul Muslimin,  saya bertanggung jawab atas aksi di Tahrir Square, mewakili Ikhwanul Muslimin selama revolusi. Saya harap, ketika kami memiliki konstitusi, apa yang telah saya dekritkan akan segera berhenti. Dengan begitu, kami akan memiliki parlemen. Kami akan memiliki pemilu. [sa/islampos/rrn news/time]
Share this with short URL: