Jakarta, 16 Muharram 1434/30 November 2012 (MINA) - Fahmi Howeidi,
kolumnis senior Mesir menyatakan dalam tulisannya, Deklarasi Konstitusi
yang dikeluarkan oleh Presiden Muhamed Mursi Rabu (21/11) merupakan
langkah proaktif untuk mendahului kudeta hukum yang sedang direncanakan
oleh para penentang Mursi.
ket. (SINAI merupakan sebuah lembaga kajian yang didirikan oleh para mahasiswa Indonesia di Mesir).
“Keputusannya bisa dinilai sebagai
kudeta terhadap kudeta,” kata Lembaga Studi Informasi Alam Islam (SINAI)
Mesir dalam surat elektroniknya yang mengkutip tulisan kolumnis Fahmi
Howeidi dengan judul “Kudeta atas Kudeta” yang diterima kantor berita
Mi’raj News Agency (MINA), Kamis malam.
Fahmi, dalam
artikelnya berbahasa bahasa Arab yang dialih bahasakan oleh Harun AR
dari SINAI, menjelaskan, dapat dilihat dari inti perdebatan dari
Deklarasi (yang terkandung dalam Pasal II), yang menyatakan bahwa dekrit
dan keputusan yang dikeluarkan oleh Presiden sampai berlakunya
Konstitusi baru dan terpilihnya Majelis Shaab (Majlis Rendah) yang baru
sudah final dan tidak menerima banding.
Pasal ini merupakan perlindungan
terhadap keputusan Presiden dari tuntutan hukum para penentang dan
pembatalan melalui pengadilan. Ada empat hal yang melatar belakangi
pasal ini :
Mahkamah Konstitusi telah membatalkan
keputusan Presiden Muhammad Mursi yang memutuskan kembalinya parlemen
untuk bersidang, setelah dibubarkan dengan tidak terhormat oleh Mahkamah
Konstitusi, yang menyatakan tidak sahnya status sepertiga kenggotaan
Majelis Shaab.
Menurut Fahmi, ada tanda-tanda dan bukti
yang menunjukkan bahwa beberapa oknum anggota Mahkamah Konstitusi
mendukung sikap politik luar yang membatasi kekuasaan hukum mereka,
menyebabkan mereka menentang pemerintah dalam kasus yang sedang terjadi.
Mereka tidak hanya mengumumkan sikap
penolakannya di media, tapi juga terlibat aksi-aksi lapangan. Mereka
berperan dalam setiap aktivitas dan perkumpulan. Di sana mereka
mengungkapkan penolakannnya terhadap presiden, katanya.
Perkembangan informasi beberapa waktu
terakhir menunjukkan bahwa ada koordinasi antara beberapa hakim di
Mahkamah Agung dan hakim lainnya di Dewan Negara, dalam pembagian tugas
dan peran dalam upaya menekan lewat jalur hukum
Fahmi dalam artikelnya juga megatakan
beredar informasi ada maksud tertentu dari Mahkamah Konstitusi sesuai
arahan mantan presiden Mubarak untuk melakukan aksi "vakum konstitusi"
yang direncanakan pada 2/12 mendatang ditujukan untuk menentang
legalitas keputusan Presiden Muhammad Mursi, kemudian mengembalikan
militer ke panggung kekuasaan. ket. (SINAI merupakan sebuah lembaga kajian yang didirikan oleh para mahasiswa Indonesia di Mesir).