Gonjang-ganjing
politik di Mesir merupakan sebuah hal yang direncanakan dengan target
menjatuhkan Presiden Muhammad Mursi. Pelaku fitnahnya adalah kelompok
Fuluul (loyalis Husni Mubarak), marxis komunis, sekular liberal,
feminis, dan semua pihak yang anti Islam, gerakan Islam, proyek-proyek
keislaman, dan syariah Islam. Di belakang mereka adalah Amerika, Israel,
dan sekutu-sekutunya.
Setelah
melakukan demonstrasi Al-Barada’iy menunggu sikap Amerika. Ternyata
Amerika tetap membisu. Persis seperti syaitan yang memerintahkan kepada
orang untuk kufur setelah itu kabur. Begitu pula Amr Musa didukung
negara-negara teluk. Menurut laporan yang saya baca bahwa negara-negara
Teluk telah mentransfer milyaran pound kepada pengusung fitnah di Mesir
yang dicairkan melalui Bank Kuwait Cabang Mesir. Amerika dan terutama
Israel sangat gusar dengan kondisi Mesir yang dikuasai Ikhwan dan
Salafiy. Sebab cepat atau lambat implementasi syariah Islam akan
terwujud di sana. Israel menjadi tidak nyaman karena merasa dirinya
semakin terancam dari semua penjuru: Mesir, Palestina, Suria, dan Sudan.
Sedang negara-negara Teluk sangat sakit hati karena sekutu dekat mereka
Husni Mubarak jatuh melalui revolusi musim semi Arab. Jadi mereka ingin
–sama dengan Amerika dan Israel– Presiden Muhammad Mursi jatuh.
Kemudian digantikan Amr Musa atau Al-Barada’iy yang sama-sama anti
syariah dan proyek keislaman serta menjadi budak penjajah.
Lalu di mana
posisi Takfiriyyun dan HTI? Untuk siapa mereka menyebarkan fitnah?
Sungguh mereka tidak menolong Islam dan juga tidak menghancurkan
musuh-musuh Islam. Bahkan sikap mereka menguntungkan musuh-musuh Islam. Bagi
kaum muslimin di Indonesia cukuplah mengikuti sikap Majlis Syura Ulama
Mesir. Majlis tsb terdiri dari ulama-ulama besar Mesir.
Kalau anda
tahu keilmuan dan keshalihan mereka maka anda akan menganggap kecil
semua ulama yang ada di Indonesia. Mereka mengakui bahwa Presiden
Muhammad Mursi memiliki kekeliruan namun mereka menolak menjadi penolong
orang-orang kafir. Maka mereka terus memberikan nasehat dan masukan.
Bahkan menyerukan aksi sejuta umat mendukung dekrit presiden. Hendaknya
dipahami bahwa mentakhthi` orang kemudian memfasikkannya dan
mengkafirkannya adalah uslubnya kaum khawarij sebagaimana penegasan
Al-Hafizh Abu Abdillah Adz-Dzahabiy ketika menentang sikap Imam Ibnu Abi
Dzi’bin kepada Imam Malik Bin Anas dalam maslah hadits khiyar.
Rajab
Thayyib Erdogan dan Muhammad Mursi harus diberikan waktu dan kesempatan.
Turki selama puluhan tahun telah dihancurkan oleh kaum sekular kemalis.
Masjid-masjid dirubah menjadi museum. Adzan harus mengunakan bahasa
Turki. Wanita dilarang memakai busana muslimah. Syariah Islam
disirnahkan dari kehidupan. Negara hancur karena korupsi. Turki tidak
ditakuti lagi oleh Rusia, Inggris, dan Prancis. Sedang gerakan separatis
terus dipompakan untuk semakin mencabik-cabik Turki.
Mesir
kondisinya lebih buruk. Imperium Ottoman telah menghancurkan Mesir sejak
lebih dari dua ratus tahun lalu ketika menjadikan Muhammad Ali sebagai
gubernur di sana. Semua sendi kehidupan dihancurkan. Dengan tangan besi
dia menindas rakyat Mesir. Di zamannya lah mulai dikirim orang-orang
Mesir ke Eropa untuk dibaratkan dan disekularkan. Rifa’ah
Ath-Thahthawiy, Luthfi Al-Munfaluthiy dst adalah hasil proyeknya.
Perancis
dibawah kepemimpinan Napoleon melakukan ekspedisi penggalian peninggalan
peradaban Fir’aunisme. Raja Fuad, Raja Faroq, Gamal Abdun Nasher, dan
Husni Mubarak semakin memperburuk kondisinya. Kalaulah bukan karena
rahmat Allah dan keberadaan Al-Azhar Asy-Syarif niscaya masyarakat Mesir
telah menjadi “abnaa` faraa’inah”.
Sekarang Muhammad Mursi diberikan kekuasaan oleh Allah, maka apakah kerusakan dan kehancuran yang sudah berlangsung lebih dari dua ratus tahun bisa diselesaikan dalam semalam?! -Ust. Ibnu Luthfie Attamany-
Marilah kita lebih objektif dan fair. Janganlah karena masalah-masalah yang masih berkatagori “maudhi’un nazhar”
dijadikan alasan untuk mendeskriditkan seorang da’iyah. Apalagi sampai
mengkafirkannya sebagaimana dilakukan kaum khawarij Indonesia. Insya
Allah, bila Mursi bisa bertahan sampai lima tahun ke depan maka
kerusakan selama dua ratus tahun itu sudah bisa diperbaiki sebagian
besarnya atau separuhnya. Saya anjurkan bagi antum yang ingin mengerti
dan memahami kerusakan Mesir untuk menelaah kitab “Waaqi’unal Mu’aashir” yang ditulis Syaikh Muhammad Quthub. Dengan demikian antum akan menghentikan semua fitnah dan tuduhan zhalim.
Oleh: -Ust. Ibnu Luthfie Attamany-