Pemimpin terkemuka Salafi dan mantan kandidat presiden Hazem Salah Abu Ismail menyerukan rakyat Mesir berkumpul di Tahrir Square Jumat besok guna mendukung dekrit Presiden Musi yang mengembalika parlemen Mesir, yang sudah dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi.
Berbicara kepada Al-Masry Al-Youm, Rabu, Abu Ismail menuntut agar Presiden Mohamed Mursi diberikan kekuasaan penuh, dan Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (SCAF) menarik keputusan yang membubarkan parlemen.
"SCAF harus meninggalkan kekuasaan segera dan kembali ke barak," kata Abu Ismail, bertanya-tanya, "Bagaimana kita bisa menerima bahwa martabat kita berada di tangan dari 19 orang dari militer?", ujar Abu Ismail.
Ikhwanul Muslimin dan Partai Kebebasan dan Keadilan mengumumkan niat mereka berpartisipasi dalam protes yang menolak keputusan Mahkamah Konstitusi mengesampingkan keputusan dekrit Presiden Mursy yang memulihkan kembali parlemen, yang sudah dibubarkan pengadilan.
Anggota Maktabul Irsyad Ikhwan Abdul Rahman al-Barr mengatakan bahwa Ikhwanul Muslimin akan terus duduk di Tahrir terlepas, apakah demonstrasi yang diserukan oleh kekuatan politik ada atau tidak.
Jumlah anggota Ikhwanul Muslimin di alun-alun akan berlipat ganda selama protes, bersamaan dengan seruan Abu Ismail, serta setiap kekuatan peserta aksi protes akan membuat konsensus nasional, kata Barr.
Pemimpin FJP Karem Radwan mengatakan kepada Al-Masry Al-Youm bahwa demonstran di Tahrir, dimulai Rabu malam, dan menegaskan tuntutan revolusi mereka, dan mendukung Presiden Mursi yang mengembalikan hak parlemen.
Khaled Saeed, juru bicara Salafi mengatakan, "Bagian depan tidak akan melewatkan acara yang mendukung Presiden Mohamed Mursy," menambahkan bahwa "ada koordinasi bersama dengan Ikhwanul Muslimin di seluruh negeri", ujarnya.
Para pemimpin Salafi dan Partai Nur juga mengumumkan partisipasinya dalam protes itu. Adel Afify, ketua Partai Nur, mengatakan, partainya akan memobilisasi pendukungnya untuk meminta kekuasaan presiden yang diambil kembali dari SCAF segera dipulihkan.
Perjuangan seluruh kekuatan Islam di Mesir, antara Salafi, Ikhwan, dan berbagai kekuatan Gerakan Islam lainnya, ketika menghadapi kekuasaan militer yang terus ingin menggeroti Islam. Militer Mesir menjadi tulang punggung, kekuatan sekuler, nasionalis, dan liberalis, yang tidak menginginkan Islam berkuasa. (voa-islam.com)