Jakarta (SI ONLINE) - Setelah
melalui perjuangan panjang selama 84 tahun, akirnya organisasi yang didirikan
oleh Hasan Al Banna, Ikhwanul Muslimin, meraih kekuasaan tertinggi di Mesir.
Ikhwanul Muslimin mendapat momentum
ketika dunia Arab dilanda "demam" Revolusi Musim Semi atau Arab
Spring dengan tumbangnya rezim pimpinan Presiden Husni Mubarak pada 11 Februari
2011, menyusul tumbangnya Presiden Tunisia, Zaine Abidin Ben Ali, sebulan
sebelumnya. Alhasil, kini Ikhwanul Muslimin telah meraih posisi terhormat dalam
kekuasaan, dan diharapkan dapat membawa kesejahteraan bagi masyarakat.
Sebelum meraih kejayaan ini, Ikhwanul Muslimin dinyatakan sebagai organisasi terlarang di tiga era presiden, yaitu sejak Presiden Gamal Abdul Nasser yang berkuasa pada 1956-1970, berlanjut ke Presiden Anwar Saddat (1970-1981), hingga Presiden Husni Mubarak (1981-2011).
Di era sebagai organisasi terlarang itu, banyak pemimpin Ikhwanul Muslimin dilaporkan disiksa dan dipenjara tanpa melalui proses pengadilan. Bahkan, salah satu tokoh kharismatik, Sayyidd Qutb, dihukum gantung di era Presiden Abdul Nasser pada 1966 atas dakwaan usaha penggulingan pemerintah.
Setelah memenangkan pemilu, harapan itu kini berada di pundak akademisi lulusan Amerika Serikat,Mohammad Mursi. Mursi dilahirkan di desa Adwah, Provinsi Syarqiyah, bagian timur Mesir, pada 20 Agustus 1951 dari keluarga petani sederhana.
Seperti pemimpin Ikhwanul Muslimin lainnya, doktor bidang teknik material jebolan University of Southern California pada 1982 itu telah banyak makan asam garam perjuangan dengan keluar masuk penjara akibat keteguhan sikapnya.
Selain di dunia akademisi, Ketua Partai Kebebasan dan Keadilan, sayap politik Ikhwanul Muslimin, itu juga telah berpengalaman dalam kancah politik sebagai anggota DPR di era Mubarak dalam Pemilu pada 2000 dan berperan sebagai juru bicara kubu Ikhwanul Muslimin di dewan legislatif.
Sebelum meraih kejayaan ini, Ikhwanul Muslimin dinyatakan sebagai organisasi terlarang di tiga era presiden, yaitu sejak Presiden Gamal Abdul Nasser yang berkuasa pada 1956-1970, berlanjut ke Presiden Anwar Saddat (1970-1981), hingga Presiden Husni Mubarak (1981-2011).
Di era sebagai organisasi terlarang itu, banyak pemimpin Ikhwanul Muslimin dilaporkan disiksa dan dipenjara tanpa melalui proses pengadilan. Bahkan, salah satu tokoh kharismatik, Sayyidd Qutb, dihukum gantung di era Presiden Abdul Nasser pada 1966 atas dakwaan usaha penggulingan pemerintah.
Setelah memenangkan pemilu, harapan itu kini berada di pundak akademisi lulusan Amerika Serikat,Mohammad Mursi. Mursi dilahirkan di desa Adwah, Provinsi Syarqiyah, bagian timur Mesir, pada 20 Agustus 1951 dari keluarga petani sederhana.
Seperti pemimpin Ikhwanul Muslimin lainnya, doktor bidang teknik material jebolan University of Southern California pada 1982 itu telah banyak makan asam garam perjuangan dengan keluar masuk penjara akibat keteguhan sikapnya.
Selain di dunia akademisi, Ketua Partai Kebebasan dan Keadilan, sayap politik Ikhwanul Muslimin, itu juga telah berpengalaman dalam kancah politik sebagai anggota DPR di era Mubarak dalam Pemilu pada 2000 dan berperan sebagai juru bicara kubu Ikhwanul Muslimin di dewan legislatif.